Jumlah Saham BBCA yang Beredar per 2025: Data Terbaru, Riwayat, dan Implikasinya bagi Investor

Daftar Isi

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) adalah saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tak hanya populer, BBCA juga menjadi indikator penting pergerakan sektor keuangan nasional. Namun, bagi investor yang ingin menilai valuasi dan prospek saham BBCA secara akurat, satu metrik fundamental yang harus diperhatikan adalah jumlah saham yang beredar.

Jumlah saham yang beredar bukan hanya angka—ini adalah fondasi dari banyak rasio keuangan, seperti kapitalisasi pasar, EPS (laba per saham), hingga Price-to-Earnings Ratio (PER). Artikel ini akan membahas secara rinci jumlah saham BBCA yang beredar hingga 2025, sejarah perubahannya, serta pengaruhnya terhadap analisis investasi.

Definisi Saham Beredar dan Mengapa Itu Penting

Saham beredar (outstanding shares) adalah total saham yang secara aktif dimiliki oleh investor, baik publik, institusi, maupun pihak internal perusahaan. Data ini tidak termasuk saham treasuri (saham yang sudah dibeli kembali oleh perusahaan dan tidak lagi aktif diperdagangkan).

Angka ini digunakan dalam berbagai perhitungan fundamental:

  • Kapitalisasi Pasar = Harga Saham × Jumlah Saham Beredar

  • EPS (Earnings Per Share) = Laba Bersih ÷ Jumlah Saham Beredar

  • PER (Price to Earnings Ratio) = Harga Saham ÷ EPS

Karena itu, fluktuasi jumlah saham beredar akan berdampak langsung pada penilaian kinerja dan harga wajar saham.

Jumlah Saham BBCA yang Beredar Terbaru

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian tahunan BBCA per 31 Desember 2024 yang dipublikasikan di situs bca.co.id, jumlah saham BBCA yang beredar saat ini adalah:

123.275.050.000 lembar saham

Ini adalah angka yang mencerminkan seluruh saham yang dimiliki oleh investor per akhir tahun 2024. Angka ini juga masih berlaku pada pertengahan 2025, mengingat tidak ada aksi korporasi signifikan seperti right issue atau buyback yang dilakukan setelah stock split terakhir.

Riwayat Perubahan Jumlah Saham BBCA

Jumlah saham BBCA yang beredar saat ini merupakan hasil dari berbagai aksi korporasi di masa lalu, terutama pemecahan saham (stock split).

Riwayat Stock Split BBCA:

  • 2001 – Stock split rasio 1:2

  • 2004 – Stock split rasio 1:2

  • 2008 – Stock split rasio 1:2

  • Oktober 2021 – Stock split rasio 1:5

Stock split terakhir pada Oktober 2021 adalah momen paling signifikan, di mana jumlah saham meningkat dari ±24,65 miliar menjadi 123,275 miliar saham. Nominal per saham juga berubah dari Rp62,5 menjadi Rp12,5. Langkah ini bertujuan untuk menurunkan harga per saham agar lebih terjangkau oleh investor ritel dan meningkatkan likuiditas.

Hingga saat ini, BBCA belum menerbitkan saham baru melalui rights issue maupun melakukan buyback dalam jumlah besar. Artinya, struktur saham beredar tetap stabil sejak stock split tersebut.

Struktur Pemegang Saham BBCA

Data struktur kepemilikan BBCA menunjukkan dominasi pemegang saham institusi:

Pemegang Saham UtamaKepemilikanPersentase (%)
PT Dwimuria Investama Andalan67,73 miliar54,94%
Investor Publik & Institusi52,35 miliar42,46%
Saham Treasury (Buyback)28,3 juta0,023%
Direksi & Komisaris (internal)±175 juta±0,14%

Mayoritas saham dikuasai oleh PT Dwimuria Investama Andalan, entitas milik Grup Djarum. Sementara itu, saham publik (free float) yang tersedia untuk diperdagangkan di pasar cukup besar, sehingga membuat BBCA termasuk saham dengan likuiditas tertinggi di BEI.

Dampak Jumlah Saham Beredar terhadap Kinerja Saham BBCA

1. Kapitalisasi Pasar

Kapitalisasi pasar BBCA mencerminkan ukuran valuasi perusahaan di mata investor. Dengan harga saham BBCA di kisaran Rp8.500 (per akhir Juli 2025), maka kapitalisasi pasar dapat dihitung sebagai:

123,275 miliar × Rp8.500 = ±Rp1.047 triliun

Angka ini menempatkan BBCA sebagai salah satu dari lima perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia.

2. EPS (Laba per Saham)

Misalnya, BBCA mencatat laba bersih sebesar Rp29 triliun pada Semester I-2025. Maka EPS-nya adalah:

Rp29 triliun ÷ 123,275 miliar = Rp235 per saham

Investor sering menggunakan EPS sebagai indikator profitabilitas per lembar saham, yang penting untuk menilai apakah saham undervalued atau overvalued.

3. PER dan Penilaian Saham

Jika menggunakan EPS Rp235 dan asumsi P/E ratio pasar 15x, maka nilai wajarnya:

Rp235 × 15 = Rp3.525 per saham

Dengan harga pasar Rp8.500, investor perlu mempertimbangkan pertumbuhan jangka panjang BBCA sebelum mengambil keputusan beli.

4. Likuiditas dan Stabilitas Harga

Saham BBCA termasuk sangat likuid. Volume saham yang besar dan struktur kepemilikan yang tersebar memungkinkan transaksi dalam jumlah besar tanpa fluktuasi harga yang ekstrem. Saham ini juga jarang mengalami volatilitas tajam karena didukung oleh investor institusi.

Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Saham Beredar

Jumlah saham BBCA yang beredar bisa berubah jika perusahaan melakukan salah satu dari aksi korporasi berikut:

Aksi KorporasiDampak
Stock SplitMeningkatkan jumlah saham
Right IssueMenambah saham beredar (dilusi)
BuybackMengurangi jumlah saham beredar

Sampai pertengahan 2025, BBCA belum mengumumkan rencana stock split, right issue, atau buyback tambahan. Investor perlu tetap memantau publikasi resmi dari perusahaan melalui situs www.bca.co.id dan www.idx.co.id.

Posting Komentar