Apakah Saham AS Ada ARA dan ARB? Begini Penjelasannya
Para investor di Indonesia tentu sudah akrab dengan istilah ARA (Auto Rejection Atas) dan ARB (Auto Rejection Bawah). Dua mekanisme ini merupakan batasan harga harian yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk melindungi pasar dari gejolak yang berlebihan.
Namun, muncul pertanyaan: apakah saham Amerika Serikat (AS), yang diperdagangkan di NYSE atau Nasdaq, juga memiliki ARA dan ARB?
Jawabannya adalah tidak ada ARA dan ARB di pasar saham AS. Meski begitu, bursa di AS menerapkan sejumlah mekanisme lain yang berfungsi sama, yaitu mengendalikan volatilitas dan menjaga kepercayaan investor.
Bagaimana ARA dan ARB Bekerja di Indonesia?
Sistem ARA/ARB di Indonesia dirancang sebagai batas harga yang otomatis berlaku setiap hari.
-
Auto Rejection Atas (ARA): Batas kenaikan harga maksimum dalam sehari. Jika harga saham melewati batas ini, sistem BEI otomatis menolak transaksi.
-
Auto Rejection Bawah (ARB): Batas penurunan harga maksimum. Jika harga jatuh melebihi batas ini, transaksi juga otomatis ditolak.
Aturan BEI terbaru (2025):
-
Saham di bawah Rp200 → batas ±35%
-
Saham Rp200 – Rp5.000 → batas ±25%
-
Saham di atas Rp5.000 → batas ±20%
Contoh sederhana: Saham seharga Rp1.000 hanya boleh bergerak di kisaran Rp750–Rp1.250 dalam satu hari perdagangan.
Tujuan mekanisme ini adalah menjaga stabilitas harga, mencegah panic selling, dan melindungi investor ritel dari fluktuasi ekstrem.
Mekanisme yang Berlaku di Pasar Saham AS
Meski tidak ada ARA/ARB, pasar saham AS mengatur volatilitas harga dengan pendekatan berbeda. Tiga mekanisme utama adalah Limit Up/Limit Down (LULD), Circuit Breakers, dan Trading Halts.
1. Limit Up/Limit Down (LULD)
-
Berlaku untuk saham individu di NYSE dan Nasdaq.
-
Menentukan batas pergerakan harga dalam jangka waktu pendek, biasanya 5 menit.
-
Batasan dihitung berdasarkan tingkat likuiditas saham:
-
Saham besar (misalnya Apple, Microsoft): ±5%
-
Saham menengah: ±10%
-
Saham kecil atau harga < $3: ±20%
-
Jika harga menembus batas tersebut, saham masuk ke Limit State selama 15 detik. Jika tekanan jual atau beli tetap kuat, perdagangan dihentikan sementara (trading halt).
Bedanya dengan ARA/ARB: LULD lebih dinamis, karena dihitung ulang setiap beberapa menit, bukan ditetapkan sekali untuk sehari penuh.
2. Circuit Breakers (Pemutus Sirkuit Pasar)
-
Berlaku di tingkat pasar secara keseluruhan, bukan untuk saham individu.
-
Mekanisme ini dipicu oleh penurunan indeks S&P 500 dari harga penutupan sebelumnya.
-
Aturan circuit breaker saat ini:
-
Level 1: Penurunan 7% → perdagangan berhenti 15 menit.
-
Level 2: Penurunan 13% → berhenti lagi 15 menit.
-
Level 3: Penurunan 20% → perdagangan dihentikan sampai penutupan hari itu.
-
Mekanisme ini sering dipakai dalam kondisi pasar panik, misalnya pada Maret 2020 ketika pandemi COVID-19 melanda.
3. Trading Halts
-
Diterapkan pada saham tertentu, bukan seluruh pasar.
-
Pemicu:
-
Volatilitas ekstrem (harga melonjak atau anjlok terlalu cepat).
-
Berita material (misalnya pengumuman merger, akuisisi, atau laporan keuangan penting).
-
Investigasi khusus (misalnya dugaan manipulasi perdagangan).
-
-
Durasi trading halt bisa beberapa menit hingga beberapa jam, tergantung situasi.
Mekanisme ini memberi waktu bagi investor untuk memahami informasi terbaru sehingga tidak ada pihak yang dirugikan karena ketidakseimbangan informasi.
Perbandingan Indonesia dan Amerika Serikat
Agar lebih mudah dipahami, berikut tabel perbandingan ARA/ARB di Indonesia dengan mekanisme di pasar AS:
Aspek | Indonesia (IDX) | Amerika Serikat (NYSE/Nasdaq) |
---|---|---|
Mekanisme | ARA & ARB | LULD, Circuit Breakers, Trading Halts |
Lingkup | Saham individu | Saham individu & seluruh pasar |
Batasan | Tetap (20–35%) per hari | Dinamis (5–20% setiap 5 menit) |
Aksi | Transaksi ditolak otomatis | Perdagangan dihentikan sementara |
Terminologi | ARA (naik), ARB (turun) | Limit Up/Limit Down, Trading Halts |
Karakter | Berlaku rutin setiap hari | Hanya aktif saat kondisi ekstrem |
Contoh Kasus di Dua Pasar
-
Di Indonesia:
Saham ABCD seharga Rp1.000 memiliki batas pergerakan ±25%. Jika ada yang ingin membeli di Rp1.300, transaksi otomatis ditolak sistem (ARA). -
Di AS:
Saham XYZ seharga $100 memiliki batas LULD ±10% ($90–$110) dalam 5 menit. Jika harga mencapai $111, saham masuk ke Limit State. Jika harga tidak kembali stabil, perdagangan dihentikan sementara.
Apa yang Perlu Dipahami Investor?
Bagi investor Indonesia yang ingin masuk ke pasar saham AS, ada beberapa hal penting:
-
Tidak ada ARA/ARB di AS, jadi harga bisa bergerak lebih cepat.
-
LULD bekerja lebih fleksibel dibanding ARA/ARB, karena batasan dihitung dinamis setiap beberapa menit.
-
Circuit breakers hanya berlaku saat pasar jatuh, sehingga lonjakan harga tidak dibatasi.
-
Trading halts memberi waktu adaptasi, terutama ketika ada berita penting atau volatilitas yang tidak biasa.
-
Investor perlu membiasakan diri dengan pola perdagangan AS yang lebih bebas dan likuid dibanding Indonesia.
Posting Komentar