Deposito atau Reksadana, Pilih yang Mana di Tahun 2025?
Memilih antara deposito atau reksadana seringkali menjadi dilema pertama bagi mereka yang baru ingin mulai berinvestasi. Keduanya sama-sama populer, sama-sama menggiurkan, tapi karakternya sangat berbeda.
Di satu sisi, deposito menawarkan rasa aman. Uang kamu disimpan di bank dengan bunga tetap. Sementara reksadana, meskipun punya potensi keuntungan lebih besar, membawa risiko yang juga lebih tinggi karena nilainya naik turun tergantung pasar.
Nah, kalau kamu sedang bertanya-tanya mana yang lebih cocok untuk kebutuhanmu di tahun 2025, yuk kita bahas tuntas satu per satu—dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami.
Apa Itu Deposito?
Deposito adalah simpanan berjangka di bank yang memberikan bunga tetap selama jangka waktu tertentu. Biasanya tenor deposito berkisar antara 1 hingga 12 bulan. Dana tidak bisa ditarik sembarangan karena akan kena penalti kalau dicairkan sebelum jatuh tempo.
Update 2025: Rata-rata bunga deposito di bank konvensional per Juli 2025 berkisar antara 3,25%–4,75% per tahun. Dana yang ditempatkan di deposito dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) hingga Rp2 miliar per nasabah per bank.
Kelebihan Deposito:
Risiko sangat rendah
Imbal hasil pasti
Dijamin oleh LPS
Cocok untuk dana darurat atau kebutuhan dalam waktu dekat
Kekurangan:
Imbal hasil kalah dari inflasi (inflasi Indonesia 2025 diproyeksikan 2,9%)
Likuiditas terbatas karena tidak fleksibel
Apa Itu Reksadana?
Reksadana adalah produk investasi kolektif yang dikelola oleh Manajer Investasi. Dana kamu digabung bersama dana investor lain, lalu ditempatkan ke berbagai instrumen seperti saham, obligasi, dan pasar uang.
Ada empat jenis utama reksadana:
Pasar Uang – risiko rendah, imbal hasil moderat (±5–6% per tahun)
Pendapatan Tetap – risiko sedang (±6–9% per tahun)
Campuran – kombinasi saham & obligasi (±7–12% per tahun)
Saham – risiko tinggi, tapi potensi return terbesar (±10–15% per tahun)
Kelebihan Reksadana:
Potensi imbal hasil lebih tinggi dari deposito
Diversifikasi otomatis
Dikelola profesional
Cocok untuk tujuan jangka menengah hingga panjang
Kekurangan:
Tidak dijamin oleh LPS
Nilai investasi bisa turun
Ada biaya manajemen & fee penjualan/pembelian
Tabel Perbandingan: Deposito vs Reksadana (2025)
Kriteria | Deposito | Reksadana |
---|---|---|
Risiko | Sangat rendah | Rendah – tinggi (tergantung jenis) |
Imbal Hasil (2025) | ±3,25% – 4,75% | ±5% – 15% |
Likuiditas | Terbatas (harus tunggu jatuh tempo) | Lebih fleksibel |
Jaminan | Dijamin LPS | Tidak dijamin, diawasi OJK |
Diversifikasi | Tidak ada | Otomatis oleh manajer investasi |
Cocok Untuk | Jangka pendek, dana darurat | Jangka menengah-panjang, pertumbuhan |
Bagaimana Memilih yang Tepat?
Pilih deposito jika:
Kamu ingin simpanan aman untuk jangka pendek
Tidak mau ambil risiko
Butuh dana mudah dihitung hasilnya
Pilih reksadana jika:
Kamu ingin pertumbuhan aset yang lebih tinggi
Siap menghadapi fluktuasi nilai investasi
Berinvestasi untuk masa depan (≥ 3 tahun)
Studi Kasus Singkat
Skenario A:
Kamu punya Rp20 juta untuk dana darurat yang mungkin dibutuhkan dalam 6 bulan. Pilihannya? Deposito. Imbal hasilnya bisa kamu prediksi, dan dijamin LPS.
Skenario B:
Kamu ingin menyiapkan dana pendidikan anak 10 tahun lagi. Pilihannya? Reksadana saham. Meski fluktuatif, potensi hasilnya jauh lebih besar dalam jangka panjang.
Catatan Kecil untuk 2025:
Reksadana kini makin mudah diakses lewat aplikasi seperti Bibit, Bareksa, atau Ajaib.
Jangan lupa, semua investasi tetap ada risikonya, termasuk reksadana pasar uang sekalipun.
Pastikan kamu tahu betul tujuan finansialmu sebelum memilih.
“Deposito atau reksadana?” bukan soal mana yang lebih baik secara umum. Tapi mana yang lebih tepat untuk situasi dan tujuan kamu. Di tahun 2025, informasi semakin mudah diakses, tapi keputusan tetap harus dibuat dengan bijak.
Kalau masih ragu, kamu bisa kombinasi: taruh sebagian di deposito untuk kebutuhan mendesak, sisanya di reksadana untuk jangka panjang. Fleksibel kan?
Posting Komentar