Apa Itu Free Float? Cara Hitung, dan Pentingnya Bagi Investor Saham
Mengenal Free Float: Kunci Memahami Pergerakan Saham
Dalam dunia investasi saham, istilah free float sering terdengar tetapi kerap diabaikan oleh investor pemula. Padahal, konsep ini sangat penting karena menentukan likuiditas, stabilitas harga, hingga peluang sebuah saham masuk ke dalam indeks populer seperti LQ45, IDX30, atau bahkan MSCI.
Secara sederhana, free float adalah jumlah saham yang dimiliki publik dan dapat diperdagangkan secara bebas di bursa. Saham ini tidak dikendalikan oleh pihak tertentu yang menahan kepemilikan dalam jangka panjang atau memiliki kekuasaan signifikan terhadap perusahaan. Dengan kata lain, free float mencerminkan porsi kepemilikan publik yang benar-benar “mengalir” di pasar.
Definisi Teknis Free Float
Bursa Efek Indonesia (BEI) mendefinisikan free float sebagai porsi saham yang dimiliki masyarakat dengan kepemilikan masing-masing kurang dari 5% dari total saham tercatat, serta tidak termasuk kepemilikan yang bersifat strategis atau terkunci (locked-in). Saham yang tidak termasuk dalam free float meliputi:
-
Saham pemegang saham pengendali atau pendiri perusahaan.
-
Saham direksi dan komisaris yang memiliki akses informasi internal.
-
Kepemilikan pemerintah atau institusi strategis yang menahan saham untuk tujuan kebijakan.
-
Treasury stock, yaitu saham yang dibeli kembali oleh perusahaan dan tidak diperdagangkan di publik.
Dengan mengeluarkan kepemilikan strategis tersebut, angka free float lebih mencerminkan kondisi riil saham yang beredar dan bisa diperdagangkan investor umum.
Cara Menghitung Free Float
Menghitung free float relatif sederhana. Rumusnya adalah:
Free Float = Total Saham Beredar – Saham yang Tidak Bebas Diperdagangkan
Contoh:
Sebuah perusahaan memiliki 500.000 saham tercatat. Dari jumlah tersebut, 200.000 saham dipegang oleh pemegang saham pengendali dan direksi. Maka:
Free Float = 500.000 – 200.000 = 300.000 saham
Artinya, free float perusahaan tersebut adalah 300.000 saham atau 60% dari total saham beredar. Angka ini menunjukkan likuiditas yang cukup baik karena sebagian besar saham tersedia di pasar publik.
Regulasi Free Float di Indonesia (Update 2025)
Untuk menjaga likuiditas dan melindungi investor, BEI mewajibkan setiap emiten memenuhi ketentuan minimum free float sebagai berikut:
-
Minimal 7,5% dari total saham tercatat dimiliki publik.
-
Memiliki minimal 300 pemegang saham yang terdaftar dengan Single Investor Identification (SID).
Bagi emiten dengan ekuitas lebih dari Rp200 miliar, ketentuan lebih ketat berlaku, yakni minimal 10% free float.
Catatan Penting: Jika dalam waktu 24 bulan sejak pencatatan perusahaan tidak memenuhi ketentuan ini, BEI dapat mengenakan sanksi berupa peringatan, denda, hingga suspensi perdagangan.
Ketentuan ini bertujuan meningkatkan transparansi, mencegah dominasi pemegang saham mayoritas, dan memastikan saham yang tercatat benar-benar aktif diperdagangkan.
Mengapa Free Float Penting untuk Investor
Memahami free float memberi banyak keuntungan bagi investor, terutama dalam menganalisis kualitas saham. Berikut beberapa alasan mengapa angka ini penting:
-
Likuiditas Pasar
Saham dengan free float tinggi biasanya lebih likuid, artinya lebih mudah dibeli atau dijual tanpa memicu perubahan harga yang tajam. Likuiditas ini penting bagi investor jangka pendek maupun jangka panjang. -
Stabilitas Harga
Free float yang memadai mengurangi risiko manipulasi harga. Jika kepemilikan publik terlalu kecil, segelintir pihak dapat dengan mudah menggerakkan harga saham secara ekstrem. -
Bobot dalam Indeks Saham
Perhitungan bobot saham dalam indeks seperti IHSG, LQ45, IDX30, hingga MSCI menggunakan kapitalisasi pasar berbasis free float. Semakin besar free float, semakin besar peluang saham masuk indeks unggulan, yang pada gilirannya menarik minat investor institusi. -
Tata Kelola Perusahaan
Free float yang sehat menunjukkan komitmen perusahaan pada prinsip Good Corporate Governance (GCG). Kepemilikan publik yang lebih luas menandakan transparansi dan keterbukaan dalam manajemen.
Rasio Free Float yang Ideal
Tidak ada standar mutlak untuk rasio free float yang dianggap baik, tetapi banyak analis menyarankan angka di atas 20%–30% sebagai batas aman. Rasio di bawah angka tersebut berpotensi membuat harga saham lebih mudah dimanipulasi dan kurang menarik bagi investor institusi.
Sebagai perbandingan:
-
Free float di atas 40% umumnya dianggap sangat sehat, karena saham mudah diperdagangkan dan bobotnya besar dalam indeks.
-
Free float di bawah 10% biasanya menandakan saham kurang likuid, sehingga pergerakan harga dapat lebih liar.
Studi Kasus Emiten di Indonesia
Untuk memberikan gambaran nyata, berikut beberapa contoh kondisi free float di pasar saham Indonesia:
-
Free Float Tinggi: PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memiliki free float lebih dari 40%. Kondisi ini membuat saham BBCA sangat likuid, diminati investor asing, dan menjadi komponen utama indeks LQ45 serta MSCI Indonesia.
-
Free Float Rendah: Beberapa perusahaan keluarga yang masih dikuasai pendiri biasanya memiliki free float di bawah 10%. Saham seperti ini cenderung berfluktuasi lebih tajam dan kurang diminati investor institusional karena risiko manipulasi lebih besar.
Cara Mengecek Free Float Sebelum Membeli Saham
Investor dapat memeriksa data free float melalui beberapa sumber terpercaya:
-
Laporan keuangan emiten di situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
-
Prospektus IPO yang memuat struktur kepemilikan saham secara detail.
-
Platform riset saham seperti RTI Business, Stockbit, TradingView, atau PINA yang menampilkan data kepemilikan terkini.
Memeriksa rasio free float sebelum membeli saham membantu investor menilai risiko likuiditas dan menentukan strategi yang lebih tepat, baik untuk investasi jangka pendek maupun jangka panjang.
Catatan Tambahan: Free Float di Manajemen Proyek
Menariknya, istilah free float juga digunakan dalam manajemen proyek, meski maknanya berbeda. Dalam konteks proyek, free float berarti jumlah waktu yang dapat ditunda suatu aktivitas tanpa memengaruhi jadwal aktivitas berikutnya. Misalnya, jika sebuah tugas dijadwalkan selesai pada hari ke-5 tetapi tugas berikutnya dimulai pada hari ke-7, maka free float tugas tersebut adalah 2 hari.
Walaupun berbeda konteks, pemahaman ini menunjukkan bahwa baik di pasar modal maupun manajemen proyek, konsep free float sama-sama berkaitan dengan fleksibilitas dan ruang gerak.
Posting Komentar