Harga IPO Saham EDGE: Perjalanan PT Indointernet Tbk dari Debut hingga 2025

Daftar Isi

Penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) menjadi salah satu momen penting dalam dunia pasar modal. Tidak hanya sekadar aksi korporasi, IPO sering kali menjadi titik awal yang menentukan arah pertumbuhan sebuah perusahaan. Salah satu IPO yang sempat menjadi sorotan adalah PT Indointernet Tbk (EDGE), pemain utama di industri infrastruktur digital Indonesia.

Sebagai pionir di bidang pusat data (data center), konektivitas, dan layanan cloud, EDGE memanfaatkan momentum digitalisasi nasional. Sejak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2021 hingga 2025, perjalanan saham EDGE menunjukkan dinamika yang menarik untuk dikaji.

Detail IPO Saham EDGE

IPO EDGE resmi dilaksanakan pada 8 Februari 2021 dengan harga penawaran Rp7.375 per saham. Harga tersebut ditetapkan setelah melalui proses bookbuilding pada kisaran Rp7.000–Rp7.500.

Perusahaan menawarkan 80,81 juta saham baru, setara 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dari aksi korporasi ini, EDGE berhasil meraup dana segar Rp595,97 miliar.

Penggunaan dana IPO terfokus pada:

  • 90% untuk pembangunan Edge Data Center (EDC) melalui anak usaha PT Ekagrata Data Gemilang.

  • 6% untuk belanja modal digitalisasi jaringan.

  • 4% untuk modal kerja perusahaan.

Pada hari pertama perdagangan, saham EDGE langsung melonjak 20% ke Rp8.850 per saham. Dalam sepekan, harga bahkan sempat menembus Rp15.225, menjadikan EDGE salah satu saham dengan performa terbaik di awal tahun 2021.

Perjalanan Harga Saham EDGE Hingga 2025

Setelah euforia IPO, perjalanan saham EDGE memperlihatkan fluktuasi yang cukup tajam.

  • 2021: harga sempat menyentuh puncak di Rp40.478, dipicu optimisme besar terhadap industri pusat data.

  • 2022–2023: koreksi terjadi seiring meningkatnya belanja modal dan munculnya pesaing baru di industri.

  • 2024: harga saham bergerak lebih stabil, mengikuti tren sektor teknologi di BEI.

  • Agustus 2025: harga saham EDGE berada di kisaran Rp4.380–Rp4.440 per saham. Angka ini lebih rendah dari harga IPO, mencerminkan tekanan pasar sekaligus tantangan besar yang dihadapi perusahaan.

Meski demikian, dengan kapitalisasi pasar sekitar Rp9,19 triliun, EDGE tetap memiliki peran penting di sektor teknologi Indonesia.

Kinerja Keuangan Terbaru

Kinerja keuangan EDGE memperlihatkan kombinasi pertumbuhan pendapatan yang solid dengan tekanan laba akibat investasi besar-besaran.

  • Tahun 2024: pendapatan Rp1 triliun (+25% YoY) dan laba bersih Rp253 miliar.

  • Semester I 2025: pendapatan Rp375,06 miliar (-26% YoY) dengan laba bersih Rp54,47 miliar (-60,18% YoY).

Penurunan laba terutama disebabkan oleh tingginya biaya ekspansi pusat data baru serta investasi jaringan serat optik. Margin bersih perusahaan menurun, namun pendapatan dari layanan data center masih tumbuh, berkontribusi sekitar 44% dari total pendapatan 2024.

Posisi EDGE di Industri Data Center

EDGE merupakan salah satu pemain penting di industri pusat data Indonesia, meski harus bersaing ketat dengan nama besar lain.

  • EDGE (Indointernet): mengoperasikan EDGE1 di Jakarta dan EDGE2 di Tangerang dengan kapasitas mendekati penuh. Tahun 2025, perusahaan tengah menyelesaikan fase 2–3 EDGE2 dengan tambahan kapasitas 23 MW.

  • DCII (DCI Indonesia): masih menjadi pemimpin pasar dengan ekspansi agresif.

  • Telkomsigma & neuCentrIX: bagian dari grup Telkom, menawarkan layanan data center terintegrasi.

  • Pemain global: seperti Alibaba Cloud dan Google Cloud, yang berkolaborasi dengan penyedia lokal termasuk EDGE.

Pasar data center Indonesia sendiri diperkirakan mencapai US$3,54 miliar atau sekitar Rp74,5 triliun pada 2025, dengan pertumbuhan tahunan rata-rata 22% hingga 2030.

Prospek Saham EDGE

Beberapa faktor penting yang akan menentukan pergerakan saham EDGE ke depan antara lain:

  1. Ekspansi Infrastruktur
    Fase lanjutan EDGE2 diharapkan menambah kapasitas layanan dan memperluas basis pelanggan.

  2. Kemitraan Strategis
    Kolaborasi dengan EdgeNext (Singapura) pada September 2025 memperkuat layanan edge cloud, khususnya untuk mendukung aplikasi berbasis AI, streaming, dan gaming.

  3. Peningkatan Permintaan
    Adopsi teknologi cloud computing, 5G, IoT, dan e-commerce terus mendorong kebutuhan layanan data center.

  4. Risiko Kompetisi
    Persaingan dengan pemain lokal maupun global dapat menekan margin. Selain itu, kebutuhan pendanaan besar melalui utang berpotensi meningkatkan beban keuangan.

Strategi untuk Investor

Bagi investor yang mempertimbangkan saham EDGE, ada beberapa pendekatan yang bisa dijadikan acuan:

  • Investor Jangka Pendek: bisa memanfaatkan volatilitas harga untuk trading. Namun, perlu kewaspadaan karena fluktuasi saham teknologi relatif tinggi.

  • Investor Jangka Panjang: saham EDGE berpotensi menarik bagi mereka yang percaya pada pertumbuhan jangka panjang industri digital Indonesia. Harga saat ini yang lebih rendah dari IPO bisa dipandang sebagai peluang akumulasi.

  • Diversifikasi Portofolio: sangat disarankan agar tidak menempatkan seluruh dana pada saham teknologi. Kombinasi dengan sektor lain dapat menurunkan risiko.

Catatan:
Artikel ini bersifat informatif dan tidak dimaksudkan sebagai rekomendasi investasi. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca setelah melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan.

Posting Komentar