Harga IPO Saham PGEO: Sejarah, Detail, dan Perkembangannya Hingga 2025
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menjadi salah satu emiten energi terbarukan terbesar yang resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 24 Februari 2023. IPO ini tergolong besar, baik dari sisi nilai maupun perhatian publik, karena berkaitan dengan transisi energi hijau nasional.
Bagi investor, memahami harga IPO saham PGEO serta perjalanannya hingga saat ini penting sebagai bahan evaluasi sebelum mengambil keputusan investasi.
Detail Harga IPO Saham PGEO
Ketika melantai di BEI, PGEO menetapkan harga penawaran perdana sebesar Rp 875 per saham. Angka ini dipilih dari kisaran Rp 820 – Rp 945 per saham yang ditawarkan dalam proses book building.
Berikut rangkuman informasi penting IPO PGEO:
-
Harga IPO final: Rp 875 per saham
-
Jumlah saham ditawarkan: 10,35 miliar lembar (25% dari modal ditempatkan dan disetor)
-
Dana yang dihimpun: sekitar Rp 9,06 triliun
-
Tanggal pencatatan: 24 Februari 2023
-
Penjamin emisi: CLSA Sekuritas Indonesia, Credit Suisse Sekuritas Indonesia, Mandiri Sekuritas
Dana hasil IPO ini dialokasikan sekitar 85% untuk ekspansi proyek panas bumi dan sisanya untuk pelunasan utang. Langkah tersebut menunjukkan fokus PGEO dalam memperbesar kapasitas energi terbarukan di Indonesia.
Faktor Penentu Harga IPO
Harga IPO Rp 875 ditetapkan melalui pertimbangan pasar dan valuasi perusahaan. Beberapa faktor yang memengaruhi antara lain:
-
Minat Investor
Permintaan yang tinggi dari investor institusi menjadi alasan utama harga ditetapkan mendekati tengah kisaran book building. -
Prospek Energi Terbarukan
Pemerintah Indonesia menargetkan bauran energi hijau 23% pada 2025. PGEO, sebagai pemain utama geothermal, dipandang strategis dalam target tersebut. -
Valuasi Perusahaan
Dengan valuasi setara emiten energi di kawasan, harga IPO dianggap tidak terlalu premium sehingga masih menarik bagi investor ritel maupun institusi.
Perjalanan Harga Saham PGEO Pasca IPO
Harga saham PGEO tidak statis setelah IPO. Berikut pergerakan pentingnya:
-
Februari – Maret 2023: harga relatif stabil di kisaran Rp 900 – Rp 925.
-
Juni 2023: naik hingga Rp 925, dipicu pembagian dividen dan pergantian direksi.
-
Agustus 2023: menyentuh Rp 1.385, tertinggi sejak IPO, menunjukkan sentimen positif investor.
-
Maret – April 2025: terkoreksi di bawah harga IPO, sempat di Rp 765 – Rp 900. Penurunan ini dipengaruhi stagnasi kinerja fundamental dan pelemahan pasar global.
-
September 2025: kembali menguat di sekitar Rp 1.465 dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 57,33 triliun.
Prospek Jangka Panjang PGEO
PGEO tidak berhenti pada bisnis panas bumi. Pada 9 September 2025, perusahaan meresmikan groundbreaking proyek green hydrogen pilot plant di Lampung senilai US$ 3 juta. Proyek ini dijadwalkan beroperasi pada 2026 dan menjadi bagian dari strategi diversifikasi energi bersih.
Selain itu, PGEO masih memiliki cadangan dana IPO sekitar US$ 250 juta (Rp 4,08 triliun) yang siap digunakan untuk mempercepat ekspansi. Manajemen juga tengah mengkaji rencana buyback saham untuk menjaga stabilitas harga di tengah volatilitas pasar.
Risiko yang Perlu Diperhatikan Investor
Meski prospek bisnis energi terbarukan cukup menjanjikan, investasi di saham PGEO tidak lepas dari risiko, antara lain:
-
Volatilitas harga saham yang bisa turun di bawah harga IPO, sebagaimana terjadi pada 2025.
-
Risiko operasional geothermal yang membutuhkan biaya besar, teknologi khusus, dan waktu panjang.
-
Kebijakan pemerintah terkait energi hijau yang dapat memengaruhi arah bisnis perusahaan.
Catatan untuk Investor
Bagi investor yang menaruh perhatian pada harga IPO saham PGEO, penting untuk melihat IPO Rp 875 sebagai titik awal, bukan acuan tunggal. Perjalanan harga saham sejak 2023 menunjukkan fluktuasi yang dipengaruhi banyak faktor, baik fundamental maupun sentimen pasar.
Menganalisis laporan keuangan, memperhatikan perkembangan proyek strategis, serta mengikuti kebijakan energi pemerintah akan membantu investor membuat keputusan lebih bijak dalam menilai saham PGEO.
Posting Komentar