Berapa Jumlah Saham BMAS yang Beredar? Fakta dan Analisis Terbaru 2025

Daftar Isi

Mengenal BMAS dan Pentingnya Data Saham Beredar

PT Bank Maspion Indonesia Tbk (kode saham: BMAS) adalah bank swasta nasional yang beroperasi di segmen ritel dan korporasi. Sejak terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013, saham BMAS dikenal memiliki struktur kepemilikan yang sangat terkonsentrasi, terutama setelah masuknya investor strategis asal Thailand, Kasikornbank Group.

Mengetahui jumlah saham yang beredar (outstanding shares) menjadi hal penting bagi investor. Data ini berfungsi untuk menghitung kapitalisasi pasar, earning per share (EPS), hingga menilai likuiditas saham. Dengan kata lain, jumlah saham beredar mencerminkan seberapa besar perusahaan dimiliki publik dan seberapa mudah saham tersebut diperdagangkan di pasar.

Jumlah Saham BMAS yang Beredar Saat Ini

Berdasarkan data terbaru per Oktober 2025 yang dihimpun dari sumber publik seperti BEI dan portal riset saham internasional, jumlah saham yang beredar untuk PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS) mencapai sekitar 18,103 miliar lembar saham.

Jumlah ini mencakup saham yang dimiliki oleh pengendali, institusi, dan investor publik. Angka tersebut menjadi dasar perhitungan berbagai metrik keuangan, termasuk kapitalisasi pasar yang saat ini berada di kisaran Rp13,9 triliun, dengan harga saham BMAS di level sekitar Rp770–780 per lembar di awal Oktober 2025.

Jika dibandingkan dengan akhir tahun 2023, jumlah saham BMAS relatif stabil dan tidak mengalami perubahan besar, menandakan tidak adanya aksi korporasi berupa rights issue atau stock split selama periode tersebut.

Catatan: Angka ini dapat sedikit berubah tergantung pembulatan data dan aktivitas transaksi minor dari pemegang saham utama.

Struktur Kepemilikan Saham BMAS

Struktur kepemilikan saham BMAS menunjukkan dominasi oleh investor asing, yakni Kasikornbank Group asal Thailand melalui entitas Kasikorn Vision Financial Company Pte. Ltd. dan Kasikornbank Public Company Limited. Berdasarkan laporan kepemilikan terakhir, Kasikorn Group menguasai sekitar 84,6% saham BMAS.

Pemegang saham besar lainnya adalah PT Alim Investindo, perusahaan milik keluarga Alim Markus, pendiri Maspion Group, dengan kepemilikan sekitar 13,9%. Sementara sisanya — sekitar 1,5% — dimiliki oleh publik dan investor ritel di pasar terbuka.

Dominasi Kasikornbank menjadikan BMAS sebagai salah satu bank nasional dengan kendali asing terbesar di Indonesia. Struktur ini juga menunjukkan tingkat kepercayaan investor global terhadap prospek sektor perbankan domestik.

Komposisi Free Float Saham Publik

Dalam dunia pasar modal, free float adalah jumlah saham yang benar-benar beredar bebas dan dapat diperjualbelikan oleh publik di bursa. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI mewajibkan setiap emiten untuk memiliki minimal 7,5% saham free float agar perdagangan sahamnya likuid.

Pada BMAS, jumlah saham publik masih tergolong kecil, diperkirakan hanya sekitar 1–2% dari total saham beredar. Angka ini jauh di bawah ketentuan minimum, meski dalam beberapa tahun terakhir BMAS telah berupaya menambah porsi kepemilikan publik melalui penjualan saham oleh pemegang lama.

Likuiditas saham BMAS pun menjadi tantangan tersendiri. Dengan free float rendah, volume transaksi harian relatif kecil dan pergerakan harga bisa fluktuatif apabila ada aksi jual atau beli besar dari investor institusional.

Aksi Korporasi dan Perubahan Kepemilikan

Dalam beberapa bulan terakhir, terdapat beberapa transaksi penting yang memengaruhi komposisi kepemilikan saham BMAS:

  1. Penjualan oleh Kasikornbank
    Pada Agustus 2025, Kasikornbank dilaporkan menjual sekitar 90,5 juta lembar saham BMAS, atau setara 0,5% dari total kepemilikannya. Langkah ini dilakukan melalui mekanisme pasar reguler di BEI.

  2. Divestasi oleh PT Alim Investindo
    Sebelumnya, pada pertengahan 2025, Alim Investindo melepaskan sekitar 644,4 juta lembar saham BMAS senilai kurang lebih Rp322 miliar. Penjualan ini dilakukan setelah tercapai kesepakatan damai antara pihak Alim Investindo dengan manajemen Bank Maspion.

  3. Kepemilikan Pasca Transaksi
    Setelah kedua transaksi tersebut, komposisi saham BMAS tetap terkonsentrasi:

    • Kasikorn Group: ± 84,6%

    • Alim Investindo: ± 13,9%

    • Publik: ± 1,5%

Meskipun terjadi penjualan sebagian saham oleh pemegang lama, pengendali tetap mempertahankan porsi mayoritas, yang menandakan kepercayaan terhadap prospek jangka panjang Bank Maspion.

Dampak Jumlah Saham Beredar terhadap Kinerja dan Likuiditas

Jumlah saham yang beredar memengaruhi banyak aspek penting dalam analisis keuangan dan pasar saham.

  1. Earnings Per Share (EPS)
    Dengan jumlah saham tetap di angka 18,103 miliar lembar, setiap perubahan laba bersih Bank Maspion akan berdampak langsung terhadap nilai EPS. Jika laba bersih meningkat tanpa penambahan jumlah saham, EPS otomatis naik dan meningkatkan daya tarik saham di mata investor.

  2. Kapitalisasi Pasar
    Kapitalisasi pasar BMAS yang mencapai sekitar Rp13,9 triliun menempatkannya di kategori bank menengah di Bursa Efek Indonesia. Ini menggambarkan bahwa meski tidak sebesar bank-bank BUKU IV, BMAS memiliki potensi pertumbuhan yang solid.

  3. Likuiditas Perdagangan
    Free float yang sangat kecil menjadi faktor pembatas bagi likuiditas. Investor yang membeli saham BMAS untuk tujuan jangka pendek perlu berhati-hati, karena spread harga bisa melebar akibat rendahnya volume transaksi harian.

  4. Kontrol Manajerial yang Kuat
    Struktur kepemilikan mayoritas oleh Kasikornbank membuat keputusan strategis dan arah bisnis BMAS lebih terkendali. Ini memberi stabilitas manajerial, tetapi juga mengurangi pengaruh pemegang saham minoritas dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).

Prospek Saham BMAS ke Depan

Dengan struktur kepemilikan yang solid dan dukungan kuat dari Kasikornbank Thailand, BMAS berpotensi memperluas jaringan digital dan layanan korporasi di Indonesia. Fokus pada transformasi digital, efisiensi biaya, dan peningkatan modal inti menjadi agenda utama perseroan hingga 2026.

Namun, untuk menarik minat investor ritel dan institusional lokal, BMAS masih perlu memperbesar porsi free float-nya agar likuiditas meningkat. Jika langkah ini dilakukan, saham BMAS bisa menjadi salah satu bank kelas menengah yang menarik di sektor keuangan domestik.

Catatan tambahan:

  • Data jumlah saham per Oktober 2025 mengacu pada publikasi resmi BEI dan sumber riset global seperti StockAnalysis, GuruFocus, dan SimplyWallSt.

  • Angka dapat berubah sewaktu-waktu apabila terjadi aksi korporasi baru seperti stock split atau rights issue.

Posting Komentar