Berapa Jumlah Saham BNBA yang Beredar (2025)? Dampak dan Peluang bagi Investor

Daftar Isi

Mengetahui jumlah saham yang beredar merupakan langkah awal untuk memahami kekuatan struktur modal suatu perusahaan. Bagi investor, data ini tidak sekadar angka, tetapi cerminan dari nilai, stabilitas, dan peluang sebuah saham.

Salah satu emiten perbankan yang menarik perhatian adalah PT Bank Bumi Arta Tbk. (BNBA). Bank ini memiliki sejarah panjang di industri keuangan Indonesia dan menjadi salah satu saham sektor perbankan dengan pergerakan menarik di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sekilas Tentang Bank Bumi Arta (BNBA)

BNBA merupakan bank swasta nasional yang berdiri sejak tahun 1967 dan resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 31 Juli 1990. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa keuangan dan perbankan dengan fokus utama pada segmen kredit produktif serta layanan korporasi.

Dalam beberapa tahun terakhir, BNBA terus beradaptasi terhadap digitalisasi layanan perbankan. Meskipun skalanya belum sebesar bank digital populer seperti BCA Digital atau Bank Neo Commerce, BNBA tetap menarik perhatian investor karena pergerakan sahamnya yang dinamis dan struktur kepemilikannya yang kuat.

Jumlah Saham BNBA yang Beredar Saat Ini

Berdasarkan data terbaru dari LembarSaham.com dan laporan publik BEI, jumlah saham BNBA yang beredar per Oktober 2025 tercatat sebesar 3.354.120.000 lembar saham atau sekitar 3,35 miliar lembar.

Angka ini tergolong moderat dibandingkan dengan bank-bank sekelas di bursa. Untuk konteks, beberapa bank digital lain memiliki saham beredar di atas 10 miliar lembar. Jumlah saham yang tidak terlalu besar ini membuat BNBA cenderung memiliki volatilitas harga yang lebih tinggi ketika terjadi lonjakan permintaan.

Jika diasumsikan harga saham BNBA berada di kisaran Rp800 per lembar, maka kapitalisasi pasar BNBA mencapai sekitar Rp2,68 triliun. Nilai ini menggambarkan ukuran perusahaan yang masih dalam kategori mid-cap, dengan potensi pertumbuhan yang cukup menarik di sektor keuangan.

Struktur Kepemilikan Saham BNBA

Berdasarkan data keterbukaan informasi di situs resmi BNBA, berikut adalah komposisi pemegang saham utama per akhir 2024:

  • PT Takjub Finansial Teknologi – 33,45%

  • PT Dana Graha Agung – 17,72%

  • PT Budiman Kencana Lestari – 10,95%

  • Masyarakat (Publik) – sekitar 37,88%

Komposisi ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham mayoritas masih berada di tangan entitas korporasi, sementara publik memegang porsi yang cukup besar untuk menjaga likuiditas pasar. Persentase free float yang mendekati 40% menjadi faktor penting yang membuat saham BNBA tetap aktif diperdagangkan.

Riwayat Perubahan Jumlah Saham BNBA

Sejak IPO tahun 1990, BNBA belum pernah melakukan stock split maupun reverse split. Namun, perusahaan pernah melakukan beberapa penambahan modal melalui right issue untuk memperkuat struktur permodalannya.

Aksi korporasi tersebut memberikan efek terhadap total saham yang beredar, meskipun dalam skala terbatas. Hingga kini, jumlah saham tetap stabil di kisaran 3,35 miliar lembar. Tidak ada catatan terbaru mengenai pembelian kembali saham (buyback) dalam dua tahun terakhir.

Menariknya, sejumlah aksi kepemilikan oleh manajemen juga sempat menjadi sorotan. Salah satu komisaris, I Gusti Agung Rai Wirajaya, diketahui membeli tambahan 15.000 lembar saham BNBA pada 2024. Meski nilainya kecil, langkah ini menunjukkan kepercayaan internal terhadap prospek bank.

Dampak Jumlah Saham Beredar terhadap Likuiditas dan EPS

Jumlah saham yang beredar secara langsung memengaruhi likuiditas perdagangan dan Earnings per Share (EPS).

  1. Likuiditas Saham
    Dengan jumlah beredar 3,35 miliar, BNBA tergolong likuid, namun belum setinggi saham bank besar seperti BBCA atau BMRI. Jumlah saham yang tidak terlalu besar membuat pergerakan harga lebih sensitif terhadap volume transaksi. Jika permintaan meningkat tiba-tiba, kenaikan harga bisa signifikan.

  2. Earnings per Share (EPS)
    EPS dihitung dengan membagi laba bersih perusahaan terhadap jumlah saham beredar. Semakin besar jumlah saham, semakin kecil laba per lembar. Karena itu, jika BNBA menambah jumlah saham melalui right issue di masa depan, investor harus mewaspadai efek dilusi terhadap EPS.

  3. Kontrol Kepemilikan
    Dengan kepemilikan mayoritas di bawah 35%, BNBA termasuk perusahaan dengan struktur kepemilikan terbuka. Artinya, peluang perubahan arah strategis cukup fleksibel, tergantung pada pergerakan saham publik dan dukungan investor institusional.

Analisis dan Perspektif Pasar

Saham BNBA beberapa kali masuk radar Unusual Market Activity (UMA) oleh Bursa Efek Indonesia karena pergerakan harga yang tajam dalam waktu singkat. Hal ini menandakan adanya ketertarikan investor terhadap potensi saham ini.

Dari sisi fundamental, rasio keuangan BNBA masih relatif stabil dengan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) yang kuat dan NPL (Non-Performing Loan) terkendali. Namun, pertumbuhan laba bersih BNBA masih terbatas, sehingga investor perlu mencermati strategi ekspansi yang akan dijalankan.

Jika di masa depan BNBA melakukan digitalisasi layanan perbankan lebih agresif, bukan tidak mungkin nilai saham akan terdorong oleh peningkatan efisiensi dan perluasan basis nasabah.


Proyeksi ke Depan dan Saran untuk Investor

Belum ada indikasi resmi dari manajemen BNBA terkait rencana right issue atau aksi korporasi besar lain hingga akhir 2025. Namun, sektor perbankan tengah berada dalam fase ekspansi digital, sehingga potensi peningkatan modal bisa muncul sewaktu-waktu.

Bagi investor, beberapa hal berikut patut menjadi perhatian:

  • Pantau laporan keuangan triwulanan BNBA untuk melihat tren laba bersih dan rasio profitabilitas.

  • Perhatikan aksi korporasi seperti penambahan modal atau perubahan struktur kepemilikan.

  • Gunakan data jumlah saham beredar sebagai dasar perhitungan valuasi saham dan potensi dilusi ke depan.

Investor juga dapat memanfaatkan data publik di IDX, RTI Business, atau LembarSaham.com untuk memantau perubahan jumlah saham BNBA secara berkala.

Catatan: Data jumlah saham BNBA (3,35 miliar lembar) merujuk pada informasi publik per Oktober 2025. Angka ini dapat berubah sesuai aksi korporasi dan laporan resmi berikutnya dari Bursa Efek Indonesia atau emiten terkait.

Posting Komentar