Jumlah Saham Beredar CDIA: Data Terbaru dan Dampaknya bagi Investor
Profil Singkat PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA)
PT Chandra Daya Investasi Tbk (kode saham CDIA) adalah perusahaan investasi yang menjadi bagian dari Grup Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) — salah satu konglomerasi petrokimia terbesar di Indonesia.
CDIA resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Juli 2025. Bidang usahanya mencakup energi, infrastruktur, pelabuhan, logistik, dan utilitas pendukung industri. Melalui anak-anak usahanya, CDIA mendukung integrasi ekosistem energi dan infrastruktur yang dimiliki TPIA.
IPO ini menjadi bagian dari strategi grup untuk memperluas akses pendanaan publik dan memperkuat ekspansi bisnis berkelanjutan.
Apa Itu Jumlah Saham Beredar dan Mengapa Penting
Jumlah saham beredar (outstanding shares) adalah total lembar saham yang saat ini dimiliki oleh investor publik, pemegang institusi, dan manajemen perusahaan, dikurangi saham yang dibeli kembali (treasury shares).
Angka ini penting karena menjadi dasar perhitungan:
-
Kapitalisasi pasar (market cap) = harga saham × jumlah saham beredar
-
Laba per saham (EPS) = laba bersih ÷ jumlah saham beredar
-
Rasio valuasi (PER, PBV) yang dipakai investor untuk menilai mahal-murahnya saham
Dengan kata lain, perubahan jumlah saham beredar langsung memengaruhi valuasi dan persepsi pasar terhadap perusahaan.
Jumlah Saham Beredar CDIA Terbaru (Oktober 2025)
Berdasarkan data BEI dan prospektus resmi, jumlah saham tercatat dan beredar CDIA adalah 124.829.374.700 lembar.
Pada saat penawaran umum perdana (IPO), CDIA melepas 12.482.937.500 lembar saham ke publik atau setara 10 % dari total saham tercatat.
Artinya, free float CDIA saat ini sebesar 10 %, sedangkan 90 % saham dimiliki oleh induk usaha dan pemegang saham pengendali, yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).
Data ini dapat dipantau melalui:
-
Laporan tahunan CDIA
-
Situs resmi BEI (idx.co.id)
-
Platform keuangan seperti IDN Financials, RTI Business, dan Investing.com
Hingga awal Oktober 2025 belum ada informasi resmi mengenai buyback atau penambahan saham baru, sehingga jumlah saham beredar tersebut masih relevan digunakan untuk perhitungan valuasi.
Perubahan Historis dan Aksi Korporasi CDIA
1. Sebelum IPO
CDIA menerima injeksi modal dari induknya, TPIA, sebesar Rp 853,26 miliar, yang dikonversi menjadi 8,53 miliar lembar saham. Langkah ini dilakukan untuk memperkuat struktur modal sebelum go public.
2. Saat IPO
Pada 9 Juli 2025, CDIA resmi mencatatkan diri di BEI dengan harga penawaran Rp 200 per saham. Total dana yang diperoleh dari publik mencapai sekitar Rp 2,5 triliun.
Penawaran ini mendapatkan sambutan positif karena CDIA dianggap sebagai bagian penting dari rantai pasok energi dan infrastruktur Chandra Asri Group.
3. Setelah IPO
Meski berlaku masa lock-up 12 bulan bagi pemegang saham pengendali, muncul aktivitas jual-beli terbatas di pasar negosiasi yang dijelaskan sebagai saham non-lock-up.
Selain itu, beberapa pejabat perusahaan melakukan pembelian saham di pasar reguler:
-
Andre Khor Kah Hin (Komisaris) membeli ± 19,25 juta lembar
-
Merly (Direktur) membeli 4 juta lembar
-
Aggus Lukmanul Hakim (Direktur) membeli ± 1,5 juta lembar
Aksi ini sering ditafsirkan sebagai sinyal kepercayaan manajemen terhadap prospek jangka panjang perusahaan.
Analisis Kapitalisasi Pasar CDIA
Dengan asumsi harga saham CDIA di pasar saat ini sekitar Rp 2.000 per lembar, maka kapitalisasi pasar dapat dihitung:
124,829 miliar × Rp 2.000 = Rp 249,6 triliun
Nilai ini menempatkan CDIA di jajaran emiten berkapitalisasi besar di sektor infrastruktur Indonesia.
Namun, kapitalisasi pasar bisa berubah setiap waktu mengikuti pergerakan harga saham di BEI.
Dampak Jumlah Saham Beredar terhadap Investor
1. Laba per Saham (EPS)
Kenaikan jumlah saham beredar akibat penerbitan baru atau rights issue dapat menurunkan EPS, karena laba dibagi ke lebih banyak lembar saham.
Sebaliknya, buyback akan meningkatkan EPS karena saham beredar berkurang.
2. Likuiditas Saham
Free float yang hanya 10 % membuat saham CDIA tergolong kurang likuid dibanding emiten dengan kepemilikan publik besar.
Artinya, pergerakan harga bisa cepat naik atau turun karena volume transaksi relatif kecil.
3. Rasio Valuasi (PER dan PBV)
Investor harus selalu memakai jumlah saham beredar terkini agar perhitungan rasio valuasi tidak bias.
Kesalahan dalam angka saham dapat menyebabkan estimasi PER atau PBV meleset cukup jauh.
4. Struktur Kepemilikan
Komposisi pemegang saham CDIA per Juli 2025:
-
PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) – ± 90 %
-
Investor publik (ritel & institusi) – ± 10 %
-
Dari total itu, investor ritel Indonesia hanya memegang sekitar 2,78 % saham, sementara sisanya dipegang badan usaha lokal dan asing.
Dominasi kepemilikan institusional ini membuat pergerakan saham CDIA cenderung stabil, tetapi ruang partisipasi publik masih terbatas.
Prospek Ke Depan dan Potensi Perubahan Jumlah Saham
Ke depan, jumlah saham beredar CDIA bisa berubah bila terjadi:
-
Rights Issue untuk pendanaan ekspansi proyek energi baru;
-
Stock Split guna meningkatkan likuiditas di pasar ritel; atau
-
Buyback untuk mengelola struktur modal dan meningkatkan EPS.
Hingga Oktober 2025 belum ada pengumuman resmi mengenai aksi korporasi tersebut, tetapi langkah itu tetap mungkin terjadi mengikuti kebutuhan pendanaan proyek infrastruktur jangka panjang.
Investor disarankan memantau pengumuman di situs BEI dan KSEI, karena setiap aksi korporasi yang memengaruhi saham beredar wajib diumumkan secara publik.
Catatan Penting
Semua data dalam artikel ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, prospektus IPO CDIA, serta media ekonomi terpercaya seperti Katadata, Kontan, dan IDN Financials per Oktober 2025.
Angka dapat berubah bila terjadi aksi korporasi baru, sehingga pengecekan berkala sangat disarankan bagi analis dan investor yang aktif.
Posting Komentar