Investasi Saham: Kelebihan, Kekurangan, dan Realitas Terbaru di 2025

Daftar Isi

Investasi saham kini bukan lagi hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. Berkat perkembangan teknologi finansial dan kemudahan akses lewat aplikasi digital, siapa pun bisa menjadi investor hanya dengan modal mulai dari Rp100.000.

Namun, di balik potensi cuan yang besar, saham juga menyimpan risiko yang tidak bisa disepelekan. Agar tidak salah langkah, mari pahami dengan jernih kelebihan dan kekurangan investasi saham berdasarkan data dan realita pasar terbaru di tahun 2025.

1. Mengapa Saham Semakin Populer?

Peningkatan literasi keuangan di Indonesia mendorong minat investasi di pasar modal. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), jumlah investor saham per Oktober 2025 telah menembus lebih dari 13,5 juta Single Investor Identification (SID). Angka ini melonjak hampir dua kali lipat dibanding tiga tahun lalu.

Tren tersebut menunjukkan bahwa masyarakat kini mulai beralih dari tabungan konvensional ke instrumen yang memberikan potensi return lebih tinggi. Meski demikian, tidak semua investor memahami bahwa high return selalu beriringan dengan high risk.

2. Kelebihan Investasi Saham

a. Potensi Keuntungan Lebih Tinggi

Saham dikenal memberikan tingkat pengembalian tertinggi dibandingkan deposito, emas, maupun obligasi. Dalam jangka panjang, rata-rata pertumbuhan IHSG mencapai 10–15% per tahun, melampaui tingkat inflasi nasional.
Keuntungan terbesar datang dari capital gain, yakni selisih antara harga jual dan harga beli saham. Misalnya, saham BBRI yang pada awal 2020 di kisaran Rp3.000 kini bergerak di atas Rp5.000 per lembar—naik lebih dari 60%.

b. Penghasilan Pasif Lewat Dividen

Selain capital gain, investor juga bisa menikmati pembagian laba perusahaan atau dividen. Beberapa emiten blue chip seperti BBCA, TLKM, dan UNVR dikenal rutin membagikan dividen setiap tahun.
Dividen ini ibarat “bonus tahunan” bagi pemegang saham dan bisa menjadi sumber penghasilan pasif tanpa harus menjual saham.

c. Likuiditas Tinggi dan Akses Cepat

Pasar saham modern memungkinkan investor untuk menjual saham kapan saja selama jam bursa. Transaksi berlangsung real-time lewat aplikasi seperti Bibit, Ajaib, MOST, atau Stockbit.
Inilah yang membuat saham jauh lebih likuid dibanding instrumen seperti properti, yang butuh waktu lama untuk dijual.

d. Modal Awal yang Terjangkau

Berbeda dari masa lalu, investasi saham kini bisa dimulai dengan satu lot (100 lembar). Dengan harga saham di bawah Rp1.000, seseorang bisa berinvestasi mulai dari Rp100.000.
Hal ini membuat investasi saham tidak lagi eksklusif untuk kalangan menengah ke atas.

e. Kepemilikan Perusahaan

Setiap lembar saham adalah bukti kepemilikan. Artinya, investor memiliki bagian dari perusahaan tersebut, lengkap dengan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Meski proporsinya kecil, hal ini memberikan rasa partisipasi nyata dalam pertumbuhan perusahaan.

f. Regulasi dan Keamanan yang Ketat

Pasar saham Indonesia diawasi langsung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Seluruh transaksi melalui perusahaan sekuritas yang berizin resmi.
Hal ini menjamin transparansi dan melindungi investor dari praktik penipuan atau manipulasi pasar.

3. Kekurangan dan Risiko Investasi Saham

a. Risiko Capital Loss

Kerugian bisa terjadi ketika harga saham turun di bawah harga beli. Jika investor panik dan menjual saham saat itu juga, maka kerugian (capital loss) menjadi nyata.
Contohnya, saat krisis 2020, IHSG sempat anjlok lebih dari 37% dalam waktu singkat—menyebabkan banyak investor pemula kehilangan sebagian modal.

b. Volatilitas yang Sulit Diprediksi

Harga saham bisa naik atau turun drastis dalam hitungan jam akibat sentimen global, isu geopolitik, atau laporan keuangan.
Fluktuasi ini bisa menjadi peluang bagi trader berpengalaman, tetapi menakutkan bagi investor pemula yang belum siap secara mental.

c. Risiko Delisting dan Kebangkrutan

Perusahaan yang gagal menjaga kinerja bisa dikeluarkan dari bursa (delisting) atau bahkan bangkrut. Jika ini terjadi, pemegang saham biasa akan berada di urutan terakhir dalam pembagian aset—sering kali tanpa sisa.

d. Tidak Ada Jaminan Keuntungan

Berbeda dengan deposito yang memiliki bunga tetap, investasi saham tidak menjamin pengembalian positif.
Imbal hasil bergantung pada kondisi ekonomi, strategi investasi, serta kemampuan investor membaca arah pasar.

e. Butuh Pengetahuan dan Analisis

Investasi saham memerlukan pemahaman dasar tentang analisis fundamental dan teknikal. Tanpa pengetahuan tersebut, keputusan membeli saham bisa menjadi spekulatif dan berisiko tinggi.
Investor perlu mempelajari laporan keuangan, rasio profitabilitas, hingga tren industri.

f. Godaan Emosi dan FOMO

Salah satu penyebab kerugian terbesar di pasar saham adalah emosi—terutama rasa takut (panic selling) dan serakah (FOMO).
Banyak investor terjebak membeli saham yang sedang viral tanpa riset mendalam. Akibatnya, ketika harga terkoreksi, mereka menanggung kerugian besar.

g. Risiko Likuiditas pada Saham Kecil

Meski pasar saham umumnya likuid, tidak semua emiten mudah dijual. Saham berkapitalisasi kecil (second liner dan third liner) sering sulit ditransaksikan, apalagi saat kondisi pasar lesu.

4. Strategi Cerdas Mengelola Risiko Saham

Agar investasi lebih aman dan berkelanjutan, investor sebaiknya menerapkan beberapa strategi dasar berikut:

a. Diversifikasi Portofolio

Jangan menaruh semua dana di satu saham. Sebar investasi ke berbagai sektor—misalnya perbankan, consumer goods, dan energi—untuk menekan risiko kerugian total.

b. Fokus pada Jangka Panjang

Pasar saham ideal untuk investasi jangka panjang. Dalam rentang waktu lebih dari lima tahun, peluang mendapatkan hasil positif jauh lebih besar daripada jangka pendek.

c. Gunakan Strategi DCA (Dollar Cost Averaging)

Metode ini dilakukan dengan membeli saham secara rutin dalam jumlah tetap setiap bulan, tanpa memperhatikan harga pasar. Strategi ini membantu menekan risiko fluktuasi harga.

d. Pelajari Fundamental Perusahaan

Pilih saham dengan kinerja keuangan solid, pertumbuhan laba stabil, dan manajemen yang kredibel. Saham dengan fundamental kuat cenderung lebih tahan terhadap gejolak pasar.

e. Disiplin dan Rasional

Tentukan batas kerugian (cut loss) dan target keuntungan sejak awal. Jangan biarkan keputusan investasi dikendalikan oleh rumor atau emosi sesaat.

5. Siapa yang Cocok Berinvestasi Saham?

Investasi saham cocok bagi individu yang:

  • Memiliki tujuan keuangan jangka panjang (minimal 5–10 tahun).

  • Siap menghadapi fluktuasi harga jangka pendek.

  • Mau terus belajar dan mengikuti perkembangan ekonomi.

  • Memiliki dana cadangan dan tidak menggunakan uang kebutuhan pokok untuk berinvestasi.

Saham bisa menjadi pilihan ideal untuk membangun kekayaan jangka panjang, asalkan dilakukan dengan strategi dan disiplin. Bagi yang masih ragu, memulai dari reksa dana saham bisa menjadi langkah awal yang lebih aman sebelum terjun langsung ke pasar saham individu.

Catatan Tambahan

  • Semua data di artikel ini diperbarui per November 2025 berdasarkan informasi dari BEI, OJK, dan sumber pasar keuangan global.

  • Performa masa lalu tidak menjamin hasil serupa di masa depan.

  • Bijaklah dalam mengambil keputusan investasi—pahami risiko sebelum mengejar keuntungan.

Posting Komentar