Mengulik Prospek Saham INET: Rights Issue Jumbo Rp 3,2 Triliun & Laba Melonjak – Apakah Ini Peluang Emas?
Saham INET belakangan semakin sering dibicarakan karena dua faktor utama: laba bersih yang melonjak drastis dan rencana rights issue jumbo bernilai hingga Rp 3,2 triliun. Banyak investor ingin tahu apakah momentum ini benar-benar membuka peluang investasi yang menarik atau justru menimbulkan risiko baru.
Dalam industri yang bergerak cepat dan kapital intensif seperti infrastruktur internet, kombinasi ekspansi agresif dan perubahan fundamental bisa menjadi pemicu kenaikan valuasi—selama eksekusinya tepat. Itulah kenapa INET menarik untuk dianalisis lebih dalam.
Profil & Fondasi Bisnis INET
INET, atau PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk, adalah perusahaan yang bergerak di bidang infrastruktur digital, khususnya:
-
Jaringan fiber optik (termasuk jaringan bawah laut)
-
Layanan internet berbasis ISP
-
Penyewaan kapasitas jaringan
-
Layanan broadband dan FTTH (fiber-to-the-home) melalui anak usaha
Karena posisi sebagai penyedia infrastruktur, INET berada pada “jalur vital” industri digital—semakin besar kebutuhan internet, semakin besar pula potensi bisnisnya.
Selain itu, ekspansi dilakukan melalui anak usaha seperti GPI (Global Prima Integrasi) dan IAB (Internet Anak Bangsa) yang fokus pada pengembangan jaringan di berbagai wilayah Indonesia.
Kinerja Keuangan yang Menjadi Sorotan
Semester I 2025 menjadi titik balik penting bagi INET. Perusahaan menunjukkan lonjakan kinerja yang jarang terjadi pada emiten sekelasnya.
1. Lonjakan Pendapatan
-
Pendapatan semester I 2025: Rp 45,01 miliar
-
Tumbuh 196,90% YoY dari Rp 15,15 miliar
-
Pendorong utama: kenaikan pelanggan, penyerapan bandwidth, dan kontribusi anak usaha
Pertumbuhan pendapatan hampir tiga kali lipat memberi sinyal bahwa ekspansi jaringan mulai menghasilkan pendapatan yang solid.
2. Laba Bersih Melonjak Tajam
-
Laba bersih: Rp 7,77 miliar
-
Tumbuh 666,65% YoY
Angka ini menggambarkan dua hal penting: peningkatan efisiensi dan pengelolaan biaya yang lebih baik.
3. Struktur Biaya dan Profitabilitas
-
Beban pokok pendapatan: Rp 28,21 miliar (peningkatan seiring ekspansi jaringan)
-
Laba kotor: Rp 16,78 miliar
-
Beban usaha: terkendali di kisaran Rp 6,74 miliar
Struktur biaya relatif sehat untuk bisnis jaringan digital yang biasanya memerlukan modal besar dan biaya operasional tidak kecil.
4. Kondisi Neraca
-
Total aset per Juni 2025: Rp 311,56 miliar, naik 35%
-
Liabilitas rendah: Rp 20,11 miliar
-
Ekuitas besar: Rp 291,44 miliar
-
Kas & setara kas: Rp 95,94 miliar (naik 55% dari Desember 2024)
Dengan kas kuat dan utang minim, INET cukup fleksibel untuk melakukan ekspansi tanpa tekanan finansial tinggi.
Rights Issue Jumbo: Sumber Dana untuk Ekspansi Besar
Rights issue adalah katalis terbesar dalam perjalanan INET tahun ini. Besarnya dana yang ditargetkan—Rp 3,2 triliun—menunjukkan ambisi perusahaan untuk bermain besar.
1. Mekanisme Rights Issue
-
Jumlah saham baru: 12,8 miliar saham
-
Harga pelaksanaan: Rp 250/saham
-
Rasio HMETD: 3:4
-
Periode pelaksanaan: 1–5 Desember 2025
-
Penerbitan waran Seri II hingga 3,07 miliar unit, harga tebus Rp 300
Dengan struktur seperti ini, investor lama harus memahami risiko dilusi jika tidak mengeksekusi haknya.
2. Komitmen Pengendali
Pengendali INET, yaitu PT Abadi Kreasi Unggul Nusantara (AKUN), menyatakan siap menjadi standby buyer. Komitmen penuh seperti ini penting karena:
-
Mengurangi risiko rights issue gagal serap
-
Menjadi sinyal kuat bahwa manajemen yakin pada prospek jangka panjang perusahaan
-
Menjaga stabilitas kapitalisasi perusahaan setelah distribusi saham baru
3. Rencana Penggunaan Dana
Dana rights issue dialokasikan pada proyek-proyek strategis:
a. Proyek FTTH WiFi 7 di Bali & Lombok
-
Nilai investasi: Rp 2,8 triliun
-
Target: 2 juta homepass
-
Fokus: jaringan FTTH generasi terbaru (WiFi 7)
Bali & Lombok dipilih karena pertumbuhan penduduk, industri pariwisata, properti, dan kebutuhan digital yang tinggi.
b. Pembayaran IRU ke PFI
-
Nilai: Rp 213,44 miliar
-
Ini terkait sewa jangka panjang jaringan bawah laut—aset penting untuk stabilitas layanan.
c. Pengembangan FTTH di Pulau Jawa
-
Nilai: Rp 135 miliar
-
Melalui anak usaha IAB
-
Jawa merupakan pasar terbesar broadband Indonesia
d. Modal Kerja
-
Termasuk pembelian perangkat, pemasaran, gaji teknisi, peningkatan layanan, hingga kualitas operasional
Katalis Pendukung Pertumbuhan Jangka Menengah
Selain rights issue, ada beberapa katalis yang dapat memperkuat prospek INET:
1. Kenaikan Kebutuhan Internet Nasional
Transformasi digital di seluruh sektor (UMKM, industri kreatif, pendidikan, pariwisata, dan rumah tangga) meningkatkan permintaan internet cepat dan stabil. INET berada dalam posisi yang tepat untuk mengisi permintaan tersebut.
2. Peluang Spektrum 1,4 GHz
INET menunjukkan minat terhadap frekuensi 1,4 GHz. Jika berhasil mendapatkannya, perusahaan berpotensi:
-
Memperluas jaringan Fixed Wireless Access (FWA)
-
Menghadirkan layanan internet murah dan cepat ke wilayah underserved
-
Memperkuat posisi sebagai pemain infrastruktur nasional
3. Momentum Teknologi WiFi 7
FTTH berbasis WiFi 7 memberi kecepatan jauh lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya—fitur penting untuk daerah wisata, hotel, vila, dan area hunian premium.
4. Likuiditas yang Kuat
Kas yang besar memungkinkan perusahaan menjalankan proyek tanpa kendala modal kerja yang menghambat.
5. Waran Seri II
Waran memberi potensi tambahan dana masuk hingga 2028, membantu pendanaan ekspansi tahap lanjutan.
Risiko yang Perlu Dipahami Investor
1. Risiko Dilusi
Investor yang tidak mengeksekusi HMETD akan terdilusi signifikan hingga 57,14%.
2. Risiko Eksekusi Proyek
Capex jaringan (fiber optik, WiFi 7, FTTH) memerlukan:
-
Penggelaran kabel
-
Perizinan
-
Manajemen vendor
-
SDM teknisi
-
QC instalasi
Kegagalan eksekusi dapat memperlambat monetisasi jaringan.
3. Persaingan Industri
INET bersaing dengan pemain besar seperti Biznet, MyRepublic, Indihome/Hello, dan berbagai ISP daerah. Harga dan kecepatan menjadi faktor perebutan pasar.
4. Ketergantungan Teknologi
Perkembangan teknologi internet yang cepat memaksa perusahaan terus melakukan pembaruan. Jika tidak adaptif, margin bisa tergerus.
5. Risiko Regulasi
Perubahan kebijakan tentang spektrum, penyewaan jaringan, atau izin fiber dapat mempengaruhi biaya operasional.
Prospek INET dalam Jangka Menengah–Panjang
Melihat agresivitas ekspansi, komitmen pengendali, dan tren permintaan internet nasional, INET memiliki peluang besar untuk meningkatkan pendapatan secara berkelanjutan.
Jika proyek FTTH WiFi 7 di Bali, Lombok, dan Jawa terealisasi sesuai target, INET bisa mendapatkan:
-
Peningkatan ARPU pelanggan
-
Ekspansi homepass signifikan
-
Monetisasi bandwidth yang lebih stabil
-
Pertumbuhan laba yang lebih konsisten
Rights issue memang menimbulkan risiko dilusi, namun bagi investor yang mengeksekusi HMETD, potensi pertumbuhan bisa jauh lebih besar daripada risikonya.
Pergerakan harga saham INET ke depan akan sangat dipengaruhi oleh realisasi proyek—bukan hanya rencana di atas kertas.

Posting Komentar