Nasib Saham DEAL: Disuspensi Berkepanjangan, Seberapa Besar Risiko Delisting?

Daftar Isi

 

Pertanyaan tentang nasib saham DEAL bukan lagi soal naik atau turun harga. Fokus investor kini jauh lebih mendasar: apakah saham ini masih punya masa depan di bursa, atau justru tinggal menunggu delisting.

Saham PT Dewata Freightinternational Tbk (DEAL) sudah lama berhenti diperdagangkan. Informasi terbatas, komunikasi manajemen minim, sementara kekhawatiran investor terus menumpuk. Artikel ini mengulas kondisinya secara utuh, ringkas, dan tetap mudah dipahami.

Kondisi Perdagangan Saham DEAL Saat Ini

Hingga update terbaru, saham DEAL masih dalam status suspensi penuh oleh Bursa Efek Indonesia.

Suspensi ini mencakup seluruh pasar:

  • Pasar Reguler

  • Pasar Tunai

  • Pasar Negosiasi

Artinya, investor sama sekali belum memiliki akses untuk menjual maupun membeli saham DEAL. Suspensi semacam ini biasanya tidak bersifat singkat, terutama jika akar masalah belum diselesaikan oleh emiten.

Penyebab Utama Suspensi Saham DEAL

Ada beberapa faktor yang secara konsisten menjadi sorotan regulator dan pelaku pasar.

Pertama, laporan keuangan bermasalah.
DEAL dinilai tidak memenuhi kewajiban pelaporan keuangan secara tepat waktu dan lengkap. Bagi emiten publik, ini adalah pelanggaran serius karena menyangkut transparansi kepada investor.

Kedua, minimnya keterbukaan informasi.
Manajemen perusahaan jarang memberikan penjelasan resmi mengenai kondisi operasional, keuangan, maupun strategi bisnis. Akibatnya, investor kesulitan menilai apakah perusahaan masih layak sebagai going concern.

Kombinasi dua faktor ini menjadi alasan klasik mengapa suspensi terus berlanjut.

Isu Going Concern yang Membayangi

Dalam berbagai pengumuman bursa, saham yang disuspensi lama hampir selalu berkaitan dengan keraguan atas kelangsungan usaha (going concern).

Investor ritel membaca situasi ini sebagai sinyal risiko tinggi. Tanpa kejelasan arus kas, struktur utang, dan kemampuan operasional, kepercayaan pasar akan sulit pulih meskipun suspensi suatu saat dibuka.

Perubahan Manajemen dan Dampaknya ke Pasar

Pada Maret 2024, publik sempat dikejutkan oleh kabar pemecatan dua direksi di tubuh PT Dewata Freightinternational Tbk.

Perubahan direksi sebenarnya bisa menjadi sinyal perbaikan. Namun dalam kasus DEAL, langkah ini tidak disertai paparan rencana bisnis yang jelas.

Akibatnya, pasar justru menafsirkan kondisi internal perusahaan sedang tidak stabil. Tanpa komunikasi yang solid, perubahan manajemen malah menambah ketidakpastian.

Kilas Balik Pergerakan Saham DEAL

Jika ditarik ke belakang, saham DEAL punya rekam jejak yang cukup ekstrem.

Saat suspensi dibuka pada 2019, harga saham sempat bergerak liar dan beberapa kali menyentuh auto reject atas (ARA). Namun reli tersebut tidak berumur panjang.

Memasuki 2021, harga saham DEAL terus tertekan hingga menyentuh level gocap (Rp50). Bahkan sebelum suspensi terakhir, saham ini sempat berada di kisaran Rp6 per saham, dengan kapitalisasi pasar yang sangat kecil.

Bagi investor berpengalaman, pola ini sudah menjadi peringatan keras.

Risiko Force Delisting yang Perlu Dipahami Investor

Dalam peraturan BEI, saham yang mengalami suspensi lebih dari 24 bulan berturut-turut berpotensi dikenakan force delisting.

Force delisting berarti:

  • Saham dihapus dari pencatatan bursa

  • Tidak lagi diperdagangkan di pasar reguler

  • Likuiditas investor praktis hilang

Ini bukan skenario hipotetis. Beberapa saham lain di BEI pernah mengalami proses serupa ketika emiten gagal memenuhi kewajiban dasar sebagai perusahaan terbuka.

Apakah Saham DEAL Masih Bisa Unsuspense?

Secara aturan, peluang itu masih ada, namun syaratnya berat.

Manajemen DEAL harus:

  • Menyampaikan seluruh laporan keuangan yang tertunggak

  • Melunasi denda administratif ke bursa

  • Menyampaikan rencana bisnis dan pemulihan usaha secara terbuka

Tanpa langkah nyata dan konsisten, pasar akan menganggap proses unsuspense hanya sebatas wacana.

Opsi Investor Jika Terjadi Delisting

Bagi investor yang sahamnya sudah terlanjur “nyangkut”, fokus pencarian biasanya bergeser ke mekanisme exit.

Jika suspensi dibuka sementara sebelum delisting:

  • Saham kemungkinan hanya bisa diperdagangkan di pasar negosiasi

  • Harga sangat bergantung pada kesepakatan antar pihak

  • Likuiditas rendah dan risiko diskon besar

Soal buyback saham, perlu dipahami bahwa perusahaan tidak otomatis wajib membeli kembali saham publik saat delisting, kecuali ada kewajiban khusus yang diatur sebelumnya.

Sentimen Investor dan Diskusi di Komunitas

Diskusi investor di platform seperti Stockbit menunjukkan nada yang cenderung waspada.

Sebagian besar investor ritel kini tidak lagi membicarakan potensi cuan, melainkan fokus pada:

  • peluang keluar

  • potensi kerugian maksimal

  • dan skenario terburuk jika saham dihapus dari bursa

Sentimen ini mencerminkan realitas psikologis investor yang menghadapi suspensi berkepanjangan.

Catatan Kecil

Artikel ini disusun sebagai bahan informasi dan edukasi. Investor disarankan untuk rutin memantau pengumuman resmi dari IDX serta menyesuaikan keputusan dengan profil risiko masing-masing.

Dalam konteks nasib saham DEAL, isu utamanya bukan lagi valuasi, melainkan kelangsungan pencatatan di bursa dan perlindungan modal investor.

Posting Komentar