Prospek Saham DEWA: Masih Menarik Setelah Lonjakan Besar Sepanjang 2025?
Saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA) kembali menarik perhatian publik setelah mencatat kenaikan harga yang sangat agresif sepanjang 2025. Dengan kinerja keuangan yang membaik, ekspansi armada, serta diversifikasi bisnis ke tambang mineral, banyak investor mulai menilai bahwa DEWA sedang memasuki fase baru yang lebih positif.
Namun, di balik euforia tersebut, penting untuk menelaah prospek DEWA secara utuh: apakah kenaikannya sejalan dengan fundamental, bagaimana arah bisnis perusahaan, dan apa saja risiko yang perlu diperhatikan.
Profil dan Posisi DEWA di Industri Tambang
DEWA adalah kontraktor tambang terintegrasi, bukan perusahaan penambang. Model bisnis DEWA mengandalkan kerja sama dengan pemilik tambang untuk mengelola operasional secara penuh, mulai dari pengupasan tanah, hauling, pengeboran, hingga logistik tambang.
Beberapa poin penting mengenai posisi DEWA:
-
Berafiliasi dengan Grup Bakrie dan memiliki hubungan bisnis dengan BUMI sebagai salah satu klien utamanya.
-
Sangat bergantung pada permintaan jasa tambang, yang dipengaruhi oleh harga batu bara dan komoditas lainnya.
-
Termasuk saham berkapitalisasi kecil (small cap) dengan volatilitas harga yang tinggi.
Karakteristik ini membuat pergerakan harga DEWA sangat responsif terhadap sentimen pasar dan laporan kinerja terbaru.
Performa Keuangan: Tren Perbaikan yang Menjadi Fokus Investor
Perbaikan kinerja keuangan DEWA dalam dua tahun terakhir menjadi alasan utama mengapa saham ini banyak diburu. Data terbaru menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan di beberapa indikator fundamental.
1. Pendapatan dan Margin Operasional
Semester I-2025 mencatatkan:
-
Pendapatan Rp 3,11 triliun, naik 6,4% YoY
-
Pertumbuhan disumbang oleh peningkatan volume pekerjaan dan efisiensi operasional
-
Margin operasional membaik seiring modernisasi armada dan pengurangan ketergantungan pada pihak ketiga
Kinerja ini menjadi sinyal awal bahwa transformasi operasional DEWA mulai membuahkan hasil.
2. Arus Kas dari Aktivitas Operasi (CFO)
Peningkatan arus kas operasi sebesar 106,62% menjadi sorotan penting. Ini menunjukkan:
-
DEWA mampu menghasilkan kas lebih besar dari aktivitas inti
-
Risiko likuiditas berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya
-
Ruang pendanaan internal untuk ekspansi menjadi lebih kuat
Investor biasanya memberi premi lebih tinggi pada perusahaan tambang yang mampu menghasilkan arus kas stabil.
3. Target Keuangan 2025–2026
DEWA menargetkan:
-
EBITDA 2025: Rp 1,7 triliun
-
Laba bersih 2025: Rp 490 miliar
Jika target ini tercapai, valuasi DEWA akan terlihat jauh lebih menarik dibanding harga saat ini. Proyeksi beberapa analis bahkan menyebut EBITDA DEWA bisa tumbuh hingga CAGR 40% lebih sampai 2028, terutama dari kontribusi bisnis mineral.
Strategi Bisnis: Fokus Efisiensi dan Ekspansi Mineral
Prospek DEWA untuk beberapa tahun ke depan sangat terpengaruh oleh strategi transformasi yang sedang dijalankan perusahaan.
1. Ekspansi Armada Alat Berat XCMG
DEWA meningkatkan investasi armada besar-besaran. Armada XCMG menjadi tulang punggung efisiensi biaya karena:
-
konsumsi BBM lebih rendah
-
biaya perawatan lebih efisien
-
produktivitas lebih stabil di berbagai medan
Operasional yang efisien membuat margin lebih tahan terhadap fluktuasi harga komoditas.
2. Diversifikasi ke Tembaga dan Emas melalui GMR
Masuknya DEWA ke sektor mineral melalui PT Gayo Mineral Resources (GMR) di Aceh menjadi katalis penting:
-
Tembaga dan emas memiliki prospek harga lebih stabil jangka panjang
-
Permintaan tembaga meningkat karena kebutuhan energi terbarukan dan kendaraan listrik
-
Potensi margin lebih tinggi dibanding jasa tambang batu bara
Investor memandang langkah diversifikasi ini sebagai upaya menambah sumber pendapatan jangka panjang yang lebih resilien.
3. Penguatan Modal Kerja dan Pendanaan
Pinjaman sindikasi dari perbankan yang diterima DEWA menunjukkan:
-
Tingkat kepercayaan lembaga keuangan meningkat
-
Perusahaan memiliki ruang ekspansi yang lebih besar
-
Beban likuiditas jangka pendek menjadi lebih terkendali
Pendanaan ini akan mempercepat modernisasi armada dan mendukung kontrak baru.
Prospek Industri dan Dampaknya pada DEWA
DEWA beroperasi pada industri yang sangat dipengaruhi harga komoditas global. Prospek saham DEWA pada 2025–2026 berpotensi kuat karena:
-
Harga batu bara tetap relatif stabil meskipun volatilitas meningkat
-
Permintaan jasa tambang tetap tinggi seiring target produksi klien
-
Harga emas dan tembaga cenderung positif akibat kebutuhan industri global
Sebagai kontraktor, DEWA tidak terlalu terpapar risiko harga komoditas secara langsung. Namun, melemahnya harga komoditas tetap dapat mengurangi volume pekerjaan dari klien.
Pergerakan Harga Saham dan Valuasi Terkini
Saham DEWA mencatat pergerakan harga yang agresif sepanjang 2025:
-
Naik 32% dalam 1 bulan terakhir
-
Naik 267% YTD
-
Harga penutupan 11 Desember 2025: Rp 560
Kenaikan tajam ini membuat valuasi DEWA perlu dicermati lebih hati-hati.
Beta dan Volatilitas
Beta DEWA berada di level 1,60, menunjukkan volatilitas jauh di atas rata-rata pasar. Trader cenderung memanfaatkan momentum jangka pendek, sementara investor jangka menengah perlu memperhitungkan risiko koreksi.
Target Harga Analis
Beberapa analis mematok:
-
Target optimistis: Rp 600
-
Target moderat: Rp 475
Mayoritas analis sepakat bahwa potensi kenaikan masih ada, tetapi terbatas jika DEWA belum menunjukkan realisasi laba yang lebih solid.
Risiko Utama yang Perlu Dipahami Investor
Prospek DEWA memang menarik, tetapi investor harus memahami risiko berikut:
1. Ketidakpastian Pencapaian Target Keuangan
Target EBITDA dan laba 2025–2026 cukup ambisius. Gagal mencapainya dapat menekan harga saham.
2. Ekspansi yang Membutuhkan Belanja Modal Besar
Penguatan armada membutuhkan CAPEX yang tinggi. Jika arus kas tidak stabil, risiko tekanan likuiditas dapat muncul kembali.
3. Ketergantungan pada Klien Besar
Jika klien—termasuk afiliasi seperti BUMI—mengurangi permintaan, pendapatan DEWA bisa terdampak signifikan.
4. Valuasi Premium setelah Lonjakan Harga
Setelah kenaikan ratusan persen, sebagian ekspektasi pasar sudah masuk dalam harga saham. Investor baru perlu masuk dengan kalkulasi risiko yang matang.
5. Risiko Fluktuasi Harga Komoditas
Penurunan harga batu bara atau tembaga dapat menunda kontrak dan memangkas margin klien DEWA, yang pada akhirnya mempengaruhi volume pekerjaan.
Catatan untuk Pembaca dan Investor
DEWA cocok untuk profil investor yang agresif dan memahami dinamika sektor tambang. Perhatikan perkembangan berikut untuk menentukan langkah:
-
Update laporan keuangan kuartal IV-2025
-
Kecepatan realisasi ekspansi armada
-
Perkembangan proyek GMR di Aceh
-
Kontrak baru dan nilai order book 2026
-
Stabilitas harga batu bara dan tembaga
Pemantauan dapat dilakukan melalui platform seperti TradingView, Stockbit, atau laporan resmi BEI. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan Anda; lakukan riset tambahan sebelum mengambil posisi.

Posting Komentar